Hoi, apa
kabar? Lihatkan? Aku masih saja setia menanyai kamu pertanyaan sederhana yang
tidak akan pernah kamu jawab. Bagaimana jadinya jika aku menanyai maukah kamu
menerima perasaan yang kupunya untukmu? Tidak, tidak. Terlalu buruk, terlalu
takut.
Aku masih
sama. Aku masih si pengecut yang sebentar lagi jadi pecundang karena terlalu
lama menahan dan tidak pernah mengungkapkan apa yang aku rasa tentang kamu.
Tahukah kamu
kalau setiap kamu bicara denganku aku susah bicara? Kalau setiap kamu tersenyum
dunia serasa bergerak lambat. Kalu setiap ada didekatmu jantungku mau meledak.
Huh, kenapa
lagi-lagi harus aku ketik nama akunmu di kolom cari di semua media sosial yang
aku punya? Apakah kamu sekali saja pernah melakukan hal yang sama? Baritahu aku
jawabannya. Iya, bagaimana caranya ya? Kitakan jarang sekali berbicara. Aku tau
klub bola favoritmu, lagu-lagu yang kamu suka, acara TV yang kamu tonton, aku juga
tau kamu sering membuat sajak untuk orang yang kamu suka seperti aku, tapi
bukan aku. Hihi, lucu ya? Rupanya aku cukup mahir menjadi seorang penggemar
rahasia. Aku tidak mau bangga, karena lama-lama pahit juga, melihat kamu tapi
tidak melihatku.
Sudahlah, persetan
dengan rindu. Sesuatu yang bahkan tidak memiliki bentuk, yang seringkali
membuat aku berdoa agar kita bertemu tiba-tiba.
Maaf ya,
mulai saat ini aku berhenti jadi pengagum rahasiamu. doakan supaya aku bisa dan
berhasil. Karena aku pernah mencoba melakukannya tetapi sia-sia.
Sekarang mau
bagaimana lagi? Biarlah akhirnya aku memilih merasakan pahit, daripada tidak
merasakan apapun karena memaksa melupakan kamu.
Aku tidak
berharap suatu hari kamu mengetahui perasaanku. Karena aku tau kamu tidak akan
menghiraukannya.
Ayo Endah
bersemangatlah! Aku memilih untuk tetap menjadi penggemar rahasiamu. Untuk tetap
memperhatikan apapun tentang kamu lewat akun media sosialmu. Karena hanya
dengan begitu aku bisa merasa dekat denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar