Jumat, 30 Desember 2016

Tugas Mata Kuliah Kepariwisataan 2

Gawat Karena Gawai


Berbicara tentang pariwisata tidak luput dari hal-hal yang menjadi daya tarik dari sebuah Negara bagi para turis yang akan melakukan lawatan  ke Negara tersebut. Indonesia yang tahun lalu berada di urutan dua puluh delapan sebagai Negara yang paling banyak dikunjungi versi Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), tentu saja memiliki banyak daya tarik yang membuat para turis tidak perlu berpikir dua kali untuk mengunjungi Indonesia. Daya tarik yang dimiliki Indonesia diantaranya adalah keindahan alamnya; jajaran pulau-pulau, pegunungan yang membentang luas serta hamparan laut berair biru dan berpasir putih. Selain itu, Indonesia memiliki daya tarik lain, yakni makanan. Terdapat berbagai makanan khas dari setiap daerah berbeda di Indonesia. Para turis, baik domestik maupun mancanegara seringkali mencoba wisata kuliner yang ada di Indonesia.  Daya tarik lain yang tidak kalah menarik adalah budaya atau kebiasaan-kebiasaan orang-orang Indonesia yang membuat para turis betah dan ketagihan berwisata ke Indonesia.
Orang-orang Indonesia dikenal sebagai orang-orang yang ramah dan murah senyum, memiliki semangat kerjasama, tolong-menolong dan gotong royong yang tinggi, memiliki kebiasaan berhemat, serta tidak memandang perbedaan suku, ras, golongan dan agama untuk bersikap sopan dan santun terhadap setiap orang. Namun seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan menghasilkan teknologi-teknologi canggih, masihkah orang-orang Indonesia memiliki kebiasaan-kebiasaan itu? Apakah kita masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak dulu oleh nenek moyang pada bangsa ini? Apakah teknologi turut andil dalam pengikisan kebiasaan-kebiasaan serta nilai-nilai yang ada?
Di zaman modern ini hampir setiap orang memiliki gawai atau yang biasa kita kenal dengan istilah bahasa inggris, gadget. Gadget dapat berupa telepon genggam, laptop ataupun tablet PC. Gadget dapat membantu dan memudahkan manusia dalam melakukan tugas sehari-hari. Bukan hanya dapat melakukan tugas-tugas yang bersifat penting, gadget di masa kini dilengkapi dengan fitur-fitur canggih yang diciptakan untuk mendapatkan informasi, bahkan hiburan di manapun dan kapanpun. Terlepas dari manfaatnya yang cukup banyak, gadget seperti mata pisau yang punya dua sisi, juga memiliki kekurangan. Gadget memiliki peranan penting dalam pengikisan nilai-nilai yang ada di masyarakat Indonesia.
Handphone atau telepon genggam yang merupakan salah satu gadget yang paling banyak dimiliki masyarakat, membuat semuanya mungkin dilakukan dalam sekali waktu dan satu tempat.  Hal tersebut membuat kita tidak lagi ramah terhadap orang lain, bersikap individual, serta acuh tak acuh dan masa bodo terhadap keadaan sekitar kita. Itu terjadi karena kita sibuk sendiri dengan handphone kita dan hal-hal yang ada di dalamnya, itu juga terjadi karena kita merasa bisa melakukan segalanya sendiri  tanpa bantuan siapapun. Handphone bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan sempurna. Mulai dari menulis hingga belanja.
Fitur belanja online yang tersedia dan bisa di unduh di handphone kita membuat kita tidak lagi menjadi bangsa yang suka berhemat. Dengan iming-iming harga lebih murah dan tidak ketinggalan zaman, kita berlomba-lomba menghabiskan uang kita untuk berbelanja online tanpa sadar apakah semua yang kita beli benar-benar diperlukan. Menjadikan kita orang-orang yang konsumtif. Padahal belanja online menumpulkan kemampuan kita bersosialisai dengan orang lain, berbeda dari belanja di pasar secara langsung yang mengharuskan adanya tatap muka dan komunikasi antara penjual dan pembeli. Bahkan sekarang ini hal seperti belanja pun bisa menentukan kelas sosial seseorang. Apabila seseorang bisa membeli baju secara online, maka dia dianggap sebagai orang yang berpendidikan dan tidak ketinggalan zaman. Apabila seseorang bisa makan di restoran mewah yang sama dengan restoran yang ada di gambar yang di unggah akun media sosial artis papan atas, maka ia dianggap sebagai orang ‘kelas atas’.
Maraknya penggunaan media sosial sebagai alat propaganda politik juga membuat bangsa kita menjadi bangsa yang lupa akan hakikatnya yaitu berbeda. Membuat kita tidak lagi bisa menghargai dan menghormati orang-orang yang tidak sama suku, ras dan agamanya dengan kita. Kita melihat media sosial belakangan ini makin panas dengan cacian dan makian berbau perbedaan. Propaganda politik mengambing hitamkan perbedaan yang tadinya hanya sampai batas log in dan log out akun media sosial ini kini menggentayangi kehidupan nyata masyarakat Indonesia. Tetangga beda agama, suku dan ras yang tadinya saling tolong menolong kini menyapa pun ogah, tak menolehkan muka karena berbeda. Beda agama, suku, ras bahkan hanya beda pilihan calon gubernur. Sangat buruk dampak gadget bagi kesehatan jiwa dan moral bangsa ini. Menebarkan rasa benci sampai ke sudut-sudut kumuh kota, yang menusuk ke dalam tulang hingga melupakan ingatan ‘toh dari dulu kita berbeda tidak apa-apa. Masih bisa hidup sama-sama.’
Itu semua tidak akan terjadi apabila kita bersikeras untuk tidak meninggalkan ajaran-ajaran, nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan yang telah di jaga dan diturun temurunkan oleh Nenek Moyang bangsa ini. Jika kita mau sekali saja meninggalkan gadget dengan hiruk pikuk, kebencian dan keserakahan di dalamnya. Karena bangsa kita saat ini dalam status gawat. Gawat akan musnahnya nilai-nilai kebajikan yang jarang ditemukan di Negara lain di masa kini. Kalau sudah begini jadinya, daya tarik yang dimiliki Indonesia sebagai tujuan wisata para turis akan berkurang satu. Karena kebanyakan orang-orang Indonesia sudah bersikap individual dan cuek, suka hal-hal yang berbau hedonisme, tidak menghargai perbedaan dan bersikap rasial, tidak bermoral dan lupa sopan santun. Kalau sudah begini jadinya, tidak ada ciri khas yang membedakan antara orang-orang Indonesia dengan orang-orang Negara lain.